Biografi Habib Umar Al Hafizh: Nasab, Lahir, Pendidikan dan Karya

Daftar Isi

Alfailmu.com - Sayyidil Habib Umar adalah seorang Da'i yang memiliki daya tarik tinggi dalam mengajak umat manusia ke jalan yang diridai oleh Allah Swt. Tidak sedikit orang yang kembafi ke jalan yang benar dan bertaubat setelah mendengar ceramah Al Habib Umar bin Hafizh.

Biografi Habib Umar Al Hafizh: Nasab, Lahir, Pendidikan dan Karya

Bahkan, tak jarang juga non-muslim yang memeluk agama Islam di tangan beliau. Tentunya Al Habib Umar bin Hafizh adalah orang yang sangat berpengaruh didalam dunia islam saat ini.

Garis keturunan Habib Umar Al Hafizh

Nasab beliau adalaah: Al ‘Allamah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh bin Abdullah bin Abibakar bin Idrus bin Husein bin Syekh Abibakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Faqih Al Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin 'Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali al-‘Uraidi bin Ja'far Ash Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, suami Fatimah Az Zahra binti Rasulullah Saw.

Lahir dan masa kecil Habib Umar

Beliau dilahirkan pada hari Senin, 04 Muharram 1383 Hijriyah bertepatan dengan 27 Mei 1963 Masehi di Kota Tarim, Hadhramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang telah menumbuhkan Para Ulama dan Aulia selama berabad-abad.

Sejak kecil Habib Umar tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan keilmuan dan ketakwaan. Beliau menjadi seorang da’I illallah terkemuka berkat didikan Ayahnya yang bernama Al Habib Muhammad bin Salim bin Hafizh, seorang ulama besar yang menghabiskan masa hidupnya untuk menyebarkan agama lslam dan mengajarkan hukum-hukum Syariat.

Al Habib Umar yang masih belia, sering dibawa oleh Ayahnya menghadiri majelis-majelis ilmu yang penuh dengan keberkahan.

Setiap kali Al Habib Muhammad bin Salim hendak berceramah, beliau memerintah Al Habib Umar yang masih kanak-kanak untuk tampil terlebih dulu, menyampaikan beberapa hadis yang dihafalnya di hadapan para hadirin.

Pendidikan seperti ini tentunya membekas dalam jiwa Al Habib Umar, sehingga beliau memiliki mental yang besar dalam berdakwah dan membuatnya terbiasa dalam menyampaikan mauizah hasanah, karena telah dilatih oleh ayah beliau sedari kanak-kanak.

Beliau menghafal AI-Qur’an pada usia yang sangat muda, lalu memperdalam ilmu fiqih, hadis, Bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan di bawah didikan Ulama terkemuka di kota Tarim, seperti Al Habib Muhammad bin ‘Alawi bin Syihab dan As Syaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Rubath Tarim.

Namun, pada suatu hari Al-Habib 'Umar berjalan menemani ayahnya untuk melaksanakan salat Jum'at. Tiba-tiba Ayah belaiu dihadang dan diculik oleh golongan komunis. Saat itu Al Habib Umar yang masih kecil tidak bisa membantu ayahnya melawan para komunis.

Ayah beliau berpesan: “Wahai Umar, pakailah syal milikku ini, dan berlarilah pulang! Sampaikanlah salamku untuk ibumu.”

Al Habib Muhammad kemudian diculik oleh para komunis itu untuk disiksa dan dibunuh. Sementara Al Habib Umar yang masih kecil menangis dan berlari pulang ke rumahnya dengan membawa syal milik ayahnya menuju kepada ibunya, dan sejak saat itulah Al Habib Umar tidak pernah melihat wajah ayahnya lagi.

Menurut sebagian riwayat, Al Habib Muhammad bin Salim dilempar ke dalam sumur dalam keadaan hidup-hidup, namun jasad beliau menghilang, tidak dapat ditemukan. Hingga saat ini, tidak diketahui di mana jasad beliau dimakamkan.

Selama bertahun-tahun Al-Habib Umar menunggu ayahnya kembali, namun ayahnya tak kunjung datang, hingga semua orang menyatakan bahwa Al Habib Muhammad bin Salim bin Hafizh telah meninggal dunia, tetapi tidak dapat diketahui dimana jasadnya.

Tentunya Al Habib Umar merasa sangat terpukul atas wafatnya ayahnya, ia teringat saat ayahnya memberinya Syal/Surban sebelum kepergiannya. Surban itu seakan menjadi tanda dan penyemangat bagi Al Habib Umar untuk meneruskan perjuangan dakwah ayahnya.

Kini Al Habib Umar berada dalam tanggung jawab kakak beliau tertua yaitu Al Habib Ali Masyhur. Al Habib Ali lah yang menjaga dan memotivasi Al Habib Umar sepenuh hati untuk menjadi seorang ulama yang meneruskan perjuangan dakwah ayah mereka.

Pendidikan dan Guru-Guru Habib Umar

Keadaan yang mencekam di Kota Tarim yang saat itu dikuasai oleh komunis, mengharuskan Al Habib Umar meninggalkan kotanya dan melanjutkan sekolah di kota Baidha’, dibawah bimbingan Al Habib Muhammad bin Abdullah Al Haddar (mertuanya).

Beliau mempelajari berbagai bidang ilmu, baik ilmu Al Quran, fiqih, hadis, ushul, aqidah dan tashawuf dengan penuh semangat dan harapan. Di sana beliau juga menimba ilmu dari Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith, yang merupakan salah satu menantu Al-Habib Muhammad bin Abdullah AI-Haddar.

Semasa belajar, Al Habib Umar sibuk menghafal dan mencatat berbagai macam faidah yang beliau dapat dari penjelasan guru-gurunya, hingga membuatnya sedikit tidur dan sedikit makan.

Diantara guru beliau adalah:

1. Ayah beliau sendiri, yaitu Mufti Tarim Al Habib Muhammad bin Salim Bin Hafizh
2. Al Mufti Al-Habib Ibrahim bin Agil
3. Al Habib Muhammad bin Alawi Bin Syihab
4. Al Habib Muhammad bin Abdullah AI-Haddar
5. AI Munsib Al-Habib Ahmad bin Ali Bin Syeikh Abubakar
6. Al Habib Abdullah bin Syeikh Alaydrus
7. Al Habib Abdullah bin Hasan Bilfagih
8. Al Habib Umar bin Alawi AI-Kaf
9. Al Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Salim Bin Hafizh (kakak beliau)
10. Al Habib Salim bin Abdullah As-Syathiri
11. Al Habib Abdulqadir bin Ahmad As-Segaf
12. Al Habib Abubakar Atthas AI-Habsyi
13. Al Habib Muhammad bin Ahmad As-Syathiri
14. As Syaikh Fadhl Bafadhal
15. As-Syaikh Taufiq Aman, dan lain-lain

Selama menuntut ilmu, beliau juga memperoleh ijazah keilmuan dari Musnidud Dunya As Syekh Muhammad Yasin AI Fadani, Al-Habib Ibrahim bin Agil (Mufti Ta’iz) dan Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah.

Al Habib Umar bin Hafizh Mulai mengajar dah berdakwah di jalan Allah pada umur 15 tahun, disamping beliau sibuk menuntut ilmu, tetapi beliau menggunakan sebagian waktunya untuk mengajar dan berdakwah.

Di kota Baidha’, beliau memulai berkeliling berdakwah dari satu tempat ke tempat yang lain, hingga sebagian besar orang-orang yang telah mendapat sentuhan dakwahnya mulai berkumpul mengelilinginya dan membantunya dalam perjuangan dakwah maupun rutinannya dalam mengajar di berbagai kota besar, maupun daerah kecil di Yaman Utara.

Kemudian, beliau mulai mengunjungi banyak kota di seluruh Yaman, diantaranya kota Ta’iz di Yaman Utara, untuk belajar ilmu dari mufti Ta’iz Al Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan padanya perhatian dan cinta yang besar, sebagaimana beliau mendapatkan perlakuan yang sama dari Al Habib Muhammad AI Haddar di Rubath Baidha’.

Tak lama setelah itu, beliau melakukan perjalanan yang melelahkan untuk ibadah Haji di Makkah dan untuk berzirah ke makam Rasulullah Saw di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, beliau mendapat kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama yang terkenal di sana.

Beliau menimba ilmu dari Al Habib Abdul Qadir bin Ahmad As Saqqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri Al Habib Umar yang saat itu masih muda, terdapat semangat yang penuh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan sungguh-sungguh tenggelam dalam berdakwah serta menyebarkan ilmu kepada sesama umat manusia.

Sehingga beliau sangat dicintai oleh Al-Habib Abdul Qadir As-Segaf (salah seorang Ulama terkemuka yang menyandang maqam Qutbiyyah). Begitu pula beliau juga berkesempatan untuk menerima ilmu dan bimbingan dari kedua pilar Hijaz, yakni Al Habib Ahmad Masyhur bin Taha dan Al Habib Abubakar Atthas Al Habsyi.

Habib Umar mendirikan Daarul Musthafa

Pada thun 1414 H, beliau memulai membuka pondok Daarul Musthafa di Tarim, berawal dari beberapa murid saja hingga berkembang pesat seperti saat ini. Alumni pertama dinyatakan lulus setelah belajar selama 5 tahun, sehingga pada tahun 1419 H merupakan tahun kelulusan bagi murid-murid generasi pertama pondok Darul Musthafa.

Al-Habib umar mendirikan pondok Darul Musthafa dengan 3 tujuan utama:

1. Sebagai wadah bagi para pernuda untuk mendalami ilmu-ilmu Syariat yang diajarkan oleh guru-guru yang berkompeten juga memiliki sanad keilmuan yang bersambung kepada para Ulama terdahulu, hingga bersambung kepada Rasullah Saw.

2. Sebagai tempat untuk mensucikan jiwa, membentuk karakter yang baik, mendidik sikap untuk berakhlak mulia, serta menghiasi diri dengan melaksanakan sunah-sunah Nabi Muhammad Saw dengan penuh istiqamah.

3. Berdakwah di jalan Allah Swt dengan menyebarkan ilmu agama, Al Quran dan sunnah-sunnah Nabi Muhammad saw dengan penuh kasih sayang, kesungguhan, kesabaran, husnudzan, tekad yang kuat, memaafkan kesalahan orang lain dan rela berkorban demi tegaknya Agama Allah Swt.

Daarul Musthafa bukan hanya diminati oleh pelajar yang berasal dari Yaman, tetapi pondok yang baru didirikan itu telah menarik perhatian murid-murid yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain.

Sehingga dakwah Al Habib Umar tentunya semakin meluas ke seluruh dunia melalui murid-muridnya. Tak jarang juga, para turis berdatangan hanya sekedar ingin berkunjung ke Daarul Musthafa untuk bertemu Al Habib Umar bin Hafizh dan mengenal ajaran Agama Islam.

Habib Umar ke Indonesia

Pada tahun 1994 M, Al Habib Umar diutus oleh Al Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf yang berada di Jeddah untuk mengingatkan dan menggugah Ghirah (semangat/rasa kepedulian) para Alawiyyin Iandonesia.

Hal ini disebabkan keluhan dari Al Habib Anis bin Alwi Al Habsyi, seorang ulama dan tokoh asala Kota Solo, Surakarta, Jawa Tengah tentang keadaan para Alawiyyin di Indonesia yang mulai jauh dan lupa akan nilai-nilai ajaran para leluhurnya.

Sehingga beliau datang ke Indonesia dengan membawa misi yang luhur. Kedatangan Habib Umar sangat dirasakan kesejukannya dan disambut dengan hangat oleh Umat Islam di Indone sia.

Masyarakat menyambut Habib Umar dengan sangat antusias, mengingat bahwa kakek beliau yang kedua yaitu Al Habib Hafizh bin Abdullah bin Syekh Abubakar bin Salim, berasal dari Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia.

Dakwahnya yang sangat indah dan sejuk itu yang bersumber dari kakek beliau, Nabi Muhammad Saw, sehingga  sangatlah diterirna oleh berbagai kalangan, baik pemerintah maupun rakyat, kaya ataupun miskin, tua ataupun muda. 

Di Indonesia, Al Habib Umar menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, bahkan pihak pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kelembagaan Keagamaan/Kementerian Agama Indonesia, Al Habib Umar meminta agar Kementerian Agama mengirimkan para pelajar ayang berkualitas, khususnya anak para kiyai dan pimpinan pondok pesantren untuk mengikuti program pesantren kilat selama tiga bulan di bawah bimbingan langsung Al Habib Umar.

Sampai saat ini, telah banyak santri-santri di Indonesia yang menuntut ilmu di pondok pesantren Darul Musthafa di Hadhramaut, dan beliau telah melahirkan banyak da’i yang meneruskan perjuangan dakwahnya di berbagai daerah di Indonesia, juga di negara-negara lain di dunia.

Karya-Karya Al Habib Umar Al Hafizh

Selain mengajar, Al Habib Umar juga rnerupakan ulama yang produktif dalam menulis, di antara kitab karangan beliau adalah:

1. Is’af Thalibi Ridhal Khallaq bi bayani Makarimil Akhlaq
2. Mamlakatul Qalbi Wal A’dha
3. Taujihatut Thullab
4. Syarah Mandzumatis Sanad Al-‘Ulwi,
5. Al-Wasathiyyah fil Islam
6. Qabasun Nuril Mubin Min Ihya Ulumidddin,
7. Sa’adatul Ma'ad Wal Mahva
8. Adz-Dzakirah al-Musyarrafah
9. Khulashatul Madad An-Nabawiv
10. Ad-Dhiyaullami’ bi dzikri Maulidin Nabiyis Syafi’
11. As-Syarabut Thahur fi Dzikri Sirati Badril Budur
12. At-Taujihat An-Nabawiyyah
13. Al-Mukhtar Min Syifais Saqim
14. Tsaqafatul Khatib
15. Nurul Iman min Kalami Habibir Rahman
16. Silsilah Ma’alimid Du’ah
17. Quthuful Falihin
18. Khuluquna
19. Shalahul Usrah dan lain-lain

Sebagian besar karya beliau tersebut telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Adapun Maulid Ad-Dhiyaul Lami’ yang beliau susun, telah menyebar dan dibaca di berbagai penjuru dunia, demikian halnya dengan kitab Khulasah Madad An-Nabawi (kumpulan dzikir dan wirid sadah bani alawi) yang telah menjadi buku panduan dalam membaca wirid sehari hari bagi sebagian besar kaum muslimin.

Selain sibuk mengasuh Darul Musthafa, Al-Habib Umar juga masih sibuk mengajar, berceramah, melakukan perjalanan dakwah ke berbagai daerah, balk di dalam negeri maupun di luar negeri, termasuk Indonesia, Malaysia dan Singapura. 

Juga pengaruh positif dari dakwah beliau telah dirasakan oleh masyarakat Muslimin di berbagai penjuru, baik di negara-negara Asia Tenggara, Afrika bagian Tirnur, Eropa dan Amerika. Semoga Allah meridai beliau, Amin.

Sumber:
Muhammad, Habib Umar bin Hafizh Bercerita, disunting