Pernikahan Abdullah dengan Aminah, Masa Mengandung, Penyerangan Ka’bah hingga Kelahiran Nabi SAW
Pernikahan Abdullah dengan Aminah, Masa Mengandung, Penyerangan Ka’bah hingga Kelahiran Nabi SAW |
Alfailmu.com - Abdullah adalah ayah dari baginda Nabi Muhammad Saw. Beliau merupakan anak bungsu dari Abdul Mutthalib dan Fathimah, juga anak yang yang paling dicintai oleh Abdul Mutthalib.
Setelah Abdullah beranjak dewasa, Abdul Mutthalib menikahkannya dengan seorang wanita Quraisy yang paling baik dari sisi nasab dan kedudukan, yaitu Siti Aminah binti Wahab. Saat pernikahan, Abdullah baru berusia 18 tahun. Tidak lama setelah masa pernikahan, akhirnya Siti Aminah pun hamil mengandung Sayyidil ‘Alamin, Nabi Muhammad Saw.
Tatkala usia kandungan Aminah genap 2 bulan, Abdullah melakukan perjalanan dagang ke Negeri Syam, tetapi saat kembali dan sampai di Madinah, Abdullah pun meninggal dunia. Abdullah dimakamkan di Madinah, tepatnya di tempat paman-paman dari pihak ibunya, yaitu Bani ‘Addiy ibnu Najjar.
Setelah selesai menjalani masa mengandung selama 9 bulan, akhirnya Siti Aminah melahirkan seorang putra, yaitulah Nabiyyuna Sayyidina Muhammad Saw. Kelahiran bayi yang mulia ini menjadikan kegembiraan menyelimuti seluruh alam semesta, karena bayi inilah yang kemudian akan menyiarkan norma-norma etika serta akan menyempurnakan akhlak yang mulia ke seluruh alam.
Almarhum Syekh Mahmud Basya, seorang pakar ilmu falak, melakukan penelitian tentang tanggal peristiwa besar ini, dalam penelitiannya beliau menyimpulkan bahwa peristiwa kelahiran Nabi Muhammad Saw itu terjadi pada hari Senin pagi tanggal 09 Rabiul Awwal bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi.
Meskipun demikian, yang kita ketahui seksama dan populer serta dirayakan kelahiran Rasulullah Saw di seluruh dunia adalah tanggal 12 Rabiul Awwal.
Peristiwa kelahiran Nabi Saw ini bertepatan pula dengan tahun pertama peristiwa Al-Fil (tentara bergajah). Sehingga tahun kelahiran Rasulullah Saw kemudian dikenal dengan Tahun Gajah.
Peristiwa tentara bergajah ini sangat terkenal dan merupakan peristiwa besar yang menimpa Kota Makkah. Orang-orang Arab menjadikan peristiwa ini sebagai permulaan penanggalan mereka.
Permulaan penanggalan ini sama halnya dengan tradisi yang biasa dilakukan oleh bangsa-bangsa lain tatkala mereka mengalami peristiwa-peristiwa penting dan bersejarah. Al Quran sendiri telah menyebutkan peristiwa ini secara utuh di dalam surah Al Fil, yaitu surah ke 105 dalam Al Quran.
Kisahnya dilatarbelakangi oleh salah seorang raja Negeri Habsyah (Etiopia) yang telah berhasil merebut Negeri Yaman dari tangan orang-orang Himyar, kemudian melanjutkan serangan ke Kota Makkah dengan tujuan untuk meruntuhkan Ka’bah.
Raja tersebut menaiki seekor gajah yang sangat besar, sedangkan orang-orang Arab belum pernah sebelumnya melihat hal itu. Namun, dengan kehendak Allah Swt serta memuliakan kelahiran Nabi Saw yang ditunggu-tunggu juga untuk melindungi Ka’bah-Nya, Allah Swt menjadikan rencana mereka sia-sia.
Allah Swt mengirimkan burung yang berbondong-bondong untuk melempari mereka dengan batu yang berasal dari tanah yang terbakar. Lalu, Allah menjadikan para tentara bergajah tersebut seperti daun-daun yang dimakan ulat.
Akhirnya, orang-orang Quraisy merasa lega hati karena tidak perlu bersusah payah lagi dalam menghadapi mereka. Akhirnya dikenallah tahun tersebut dengan Tahun Gajah, dan orang-orang Quraisy menjadikan tahun tersebut sebagai awal penanggalan.
Kelahiran Nabi Muhammad Saw berlangsung di rumah Abu Thalib, yaitu di perkampungan Bani Hasyim. Bidan yang bertindak dalam proses kelahiran dan persalinan Siti Aminah ialah Ummu Abdurrahman bin ‘Auf. Setelah Nabi dilahirkan, ibunya, Siti Aminah, mengirimkan kabar gembira tersebut kepada kakek Nabi Saw, Abdul Mutthalib.
Mendengar kabar gembira ini, Abdul Mutthalib langsung bergegas ke rumah Abu Thalib dengan perasaan yang penuh dengan kegembiraan. Setelah sampai lalu ia memberi nama cucunya tersebut dengan nama Muhammad, nama yang belum pernah didengar oleh orang-orang Arab kala itu.
Ternyata, Allah secara langsung mengilhamkan kepada kakek Nabi Saw agar memberikan nama ‘Muhammad’ tersebut kepada bayi yang baru lahir itu. Allah berkehendak untuk membenarkan apa yang telah disebutkan oleh-Nya sesuai dengan berita dalam kitab-kitab para nabi terdahulu, seperti kitab Taurat dan kitab Injil.
Wanita pertama yang mengasuh Nabi Muhammad Saw sewaktu bayi adalah Barakah Al-Habsyiyyah atau yang populer dengan nama Ummu Ayman, ia merupakan budak perempuan milik ayahnya, Abdullah. Sementara wanita pertama yang menyusui Nabi Muhammad Saw adalah Tsuwaibah, budak perempuan pamannya, Abu Lahab.
Syekh Khudari Bik, Nurul Yaqin, disunting.