Kisah Nuaiman, Pemabuk yang Selalu Membuat Rasulullah Tertawa (Bagian 2)
Alfailmu.com - Nama Nuaiman memang sedikit asing terdengar di telinga kita. Alasannya karena ia bukan sahabat dari kalangan pejuang, bukan pula para pembesar sahabat. Meskipun demikian, siapa sangka sosok sahabat dengan nama lengkap Nuaiman bin Amr bin Rafa'ah ini dikenal mampu membuat Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam selalu tertawa.
2 Kisah Lucu Nuaiman, Pemabuk yang Selalu Membuat Rasulullah Saw Tertawa
Para sahabat menyebutkan “Tidaklah Rasulullah dalam keadaan bersedih, kecuali Nuaiman datang dan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam akan tersenyum.” Jadi sebagian sahabat senang melihat Nuaiman datang karena Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam akan bahagia karenanya.
Nah, menyambung dari Kisah Nuaiman, Pemabuk yang Selalu Membuat Rasulullah Tertawa (Bagian 1), di sini kami lanjutkan kembali dua kisah lucu Nuaiman sebagaimana yang penulis kutip dari ceramah Habib Ali Zaenal Abidin Al-Kaff. Yuk, langsung saja simak berikut kisah lucu Nuaiman!
Nuaiman meminta Rasulullah SAW membayar makanan yang dia beli
Habib Ali Zaenal Abidin Al-Kaff melanjutkan ceritanya tentang kisah Nuaiman dalam mencandai Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam. Habib Ali menceritakan, Nuaiman adalah sosok sahabat yang aneh. Pernah satu hari Nuaiman membawakan makanan yang banyak untuk Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam.
Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam pun mencicipi makanan tersebut bersama para sahabat yang lain. Tiba-tiba, setelah semua makanan dihabiskan, Nuaiman berkata kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam "Wahai Rasulullah, makanan ini tolong engkau bayarkan kepada penjualnya". Ternyata makanan tersebut belum dibayar oleh Nuaiman.
Makanannya sudah habis, hingga Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam sempat bingung untuk membayarnya. Akhirnya, Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk mengeluarkan uang dan membayar makanan tersebut. Inilah Nuaiman, ia bahkan berani mencandai Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam.
Nuaiman mengerjai orang buta
Pernah satu waktu, ketika Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam telah wafat, tepatnya di zaman Utsman bin Affan, Nuaiman duduk di depan Masjid Rasulullah dalam keadaan bosan, jenuh. Karena biasa bila ada Rasulullah ia selalu bercanda dengan beliau.
Tiba-tiba, ia melihat seorang orang buta, memegang tongkat, ia berjalan bolak-balik ke sini dan ke sana. Nuaiman bergumam dalam hatinya, “Saya ini lagi jenuh, orang ini membuat saya semakin jenuh”. Ia pun memanggil orang buta itu, “Wahai orang buta, ke sini!”.
Orang buta tadi pun datang menghampiri Nuaiman, “Ada apa?” kata si buta. “Saya ini sedang pusing dan jenuh, melihat kamu mondar-mandir bertambah jenuhku.” “Saya ini bukannya ingin membuat orang lain jenuh, tetapi saya dari tadi sedang mencari toilet, saya ingin buang air kecil. Saya bersama anak saya yang biasa membawa saya, tetapi ia sedang pergi ke pasar. Saya tidak tahu di mana dia, saya sudah tidak tahan”, kata si buta menjelaskan.
Kata Nuaiman, “Owh, kamu mencari toilet, ke sini biar saya bantu”. Dipegang tangannya oleh Nuaiman, kemudian dibawa ke masjid Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam. Maka tatkala sudah dekat dengan mihrabnya Rasul, Nuaiman berkata, “Ini toiletnya, kamu mau melakukan apa saja di sini, terserah kamu!”.
“Apakah sudah tidak ada orang di belakang saya”, tanya si buta memastikan. “Tidak ada, sudah aman”, Nuiaman pun pergi dan peduli lagi dengan si buta itu.
Bayangkan, di dalam masjid, orang-orang sedang shalat, para sahabat dan thabi’in dan tiba-tiba ada orang yang membuka celana. Mereka yang sedang shalat, mempercepat shalatnya dan bergegas menuju ke depan, lalu ingin memukul orang tersebut.
Ternyata ketika dilihat, orang tersebut adalah orang buta. Para sahabat bertanya, “Kenapa kamu berani buang air kecil di Masjid Rasulullah SAW?”. “Apakah ini Masjid Rasulullah ?”. Mereka menjawab, “Iya, ini adalah masjid Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam!”
“Innalillah”, kata si buta. “Tadi saya sedang mencari toilet, tiba-tiba datang seorang yang dari tutur katanya terlihat seperti orang baik, dan ia menunjukkan toilet di sini, tempat buang air kecil”, jelas si buta. Kata para sahabat, “Ini pasti ulahnya Nuaiman”. Karena tidak yang lain yang berani melakukan hal tersebut.
Maka si buta bertanya, “Siapa yang telah berani mempermainkan saya?”. Jawab para sahabat “Nuaiman!”. “Saya bernazar, saya akan menetap di Madinah dan tidak akan pulang sebelum saya pukul Nuaiman dengan tongkatku ini”, si buta itu begitu marah.
Orang buta itu keluar dari masjid dan ia mencari-cari Nuaiman, bolak balik ke sini ke sana, berkeliling dan bertanya kepada orang-orang agar menunjukinya di mana Nuaiman.
Ketika si buta telah lelah mencari Nuaiman, tiba-tiba Nuiman datang menghampirinya. Nuaiman bertanya dengan merubah bunyi suaranya, “Wahai orang buta, apa yang kamu lakukan di sini sendirian. “Saya sedang marah, saya telah dibohongi oleh Nuaiman dan saya ingin membalasnya sekarang!”. “Owh, biar saya bantu kamu menemui Nuaiman”. Padahal yang sedang berbicara itu adalah Nuiman. Habib Ali Zaenal Abidin Al-Kaff menambahkan bahwa kisah ini bukan cerita-cerita yang dibuat-buat, ada riwayatnya.
Selanjutnya, Nuaiman memegang lagi tangan si buta, sambil dibohongi dibawa keliling-keling dahulu, seakan-akan tempatnya sudah jauh, dia membawa kembali si buta itu ke dalam masjidnya Rasul Shallallahu alaihi Wasallam.
Nuaiman mendekatkan si buta ke Mihrab, ketika itu khalifah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam, Sayyidina Utsman bin ‘Affan sedang shalat. Nuaiman membawa si buta ke dekat Sayyidina Utsman yang sedang shalat, ia berkata “Nah, ini Nuaiman, ia sedang berpura-pura shalat sehabis menipumu.” “Benarkah ini Nuaiman?”, si buta memastikan.
Kemudian Nuaiman langsung pergi dan orang buta langsung hendak melakukan aksinya, memukul Sayyidina Utsman yang sedang shalat dengan tongkatnya.
Tiba-tiba, dari belakang dengan suara yang kencang para sahabat thabi’in berteriak “قتل أمير المؤمنين”, "Ada musuh yang ingin membunuh Amirul Mukminin", semua ingin menyerbu.
Ketika mereka telah dekat, Ternyata si buta tadi lagi. Baru sekitar setengah jam yang lalu ia ingin membuang air kecil di sini dan sekarang ia ingin memukul Amirul Mukminin. Semua orang kebingungan.
“Kenapa kamu memukul Amirul Mukminin?”. Dengan gemetarnya si buta itu menjawab, “Apakah ini Amirul Mukminin, yang saya pukul barusan adalah Amirul Mukminin,?”. “Saya telah ditipu lagi oleh seseorang, katanya ini adalah Nuaiman.” Kemudian si buta tersebut bersumpah, “Demi Allah, mulai sekarang saya tidak percaya lagi dengan manusia”.
Dari kisah-kisah tersebut juga kita bisa belajar bagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam memperlakukan pemabuk seperti Nuaiman, yaitu dengan beliau tetap mencambuknya. Juga bagaimana sosok Nuaiman yang mencintai Allah dan Rasulnya. Dalam keadaan dan kondisi apapun, Nuaiman, nyatanya ia adalah orang yang dicintai oleh Allah dan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam. Semoga kisah-kisah bisa menginspirasi hidup kita semua, dan moga bermanfaat. (YouTube. Habib Ali Zaenal Abidin Al-Kaff )