3 Alasan yang Menerangkan Kedua Orang Tua Rasulullah SAW Masuk Surga
Alfailmu.com - Kedua orang tua Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam hidup dan meninggal sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi seorang rasul. Bahkan ayah beliau, Abdullah bin Abdul Mutthalib meninggal sebelum Rasulullah Saw lahir ke dunia ini.
Orang Tua Rasulullah SAW Masuk Surga (pixabay.com/geralt) |
Karena latar belakang inilah, kemudian banyak perdebatan di kalangan aliran dalam Islam tentang keimanan kedua orang tua Nabi. Bahkan beberapa kalangan dengan berani mengatakan bahwa Kedua orang tua nabi tidak beriman dan masuk neraka.
Namun, apakah pendapat ini dapat dijadikan sebagai pegangan? Jawaban sudah tentu tidak, argumen yang tidak berdasar! Sekalipun mereka berpendapat dengan dasar dalil hadis, dan kebanyakan para ulama menolak hadis tersebut terkait dengan kedua orang tua Nabi di neraka.
3 Alasan Menurut Qur'an, Hadis, dan Pendapat Ulama tentang Kedua Orang Tua Rasulullah SAW Masuk Surga
Sebagai orang muslim yang taat, beriman kepada Allah Swt dan Rasul-Nya, seyogianya mempercayai bahwa kedua orang Rasulullah adalah ahli surga. Secara khusus, dalam Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah wajib beriman bahwa kedua orang tua Nabi masuk ke dalam surga.
Keyakinan tersebut berdasarkan dalil nash (Qur'an dan Hadis) dan argumen-argumen yang kuat dari para ulama. Maka di sini penulis mencoba mengutip beberapa ayat dan hadis serta keterangan para ulama tentang kedua orang tua Nabi masuk surga.
Langsung saja, berikut 3 alasan ilmiah disertai dengan dalil mengapa kedua orang Rasulullah Saw masuk surga.
1. Hidup di Masa Fathrah
Alasan pertama yang menjelaskan bahwa kedua orang tua Rasulullah masuk surga adalah karena mereka berdua hidup di masa fathrah. Sebagai muslim yang berpengetahuan luas, tentunya kita mengetahui bahwa kedua Orang tua Rasulullah Saw hidup di masa "fathrah", yaitu masa kekosongan para Rasul. Artinya masa/zaman ini Allah Swt tidak mengutus satu pun pembawa risalah (rasul) kepada mereka.
Logikanya, bagaimana bisa Allah mengazab hambanya dengan memasukkan mereka ke dalam neraka sedangkan belum ada rasul atau nabi yang mengarahkan mereka kepada perintah-Nya atau larangan-Nya. Hal ini sama sekali tidak sesuai dan bertentangan dengan ilmu Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya:
مَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ
فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ وَمَا كُنَّا
مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا
Artinya: Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Q.S. Al-Israa: 15)
Dalam Surat Al-Israa ayat 15 di atas jelas, bahwa Allah Swt tidak akan mengazab orang-orang yang belum diutus Nabi atau rasul kepada mereka. Kedua orang Nabi adalah termasuk mereka yang mengalami kekosongan rasul sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat di atas. Dengan demikian, dapat dipastikan kedua orang tua Nabi Saw selamat (masuk surga) dan tidak masuk neraka.
Hal serupa juga dikuatkan dengan pendapat para ulama menyebutkan bahwa Ahlul Fathrah itu termasuk orang-orang yang selamat (tidak diazab). Sementara kedua orang tua nabi adalah orang yang hidup di masa fathrah tersebut. Sehingga menjadi teranglah bahwa keduanya selamat dan masuk surga.
2. Rasulullah berasal dari keturunan yang suci dan beriman
Alasan kedua mengapa kedua orang tua nabi sebagai orang yang selamat dan masuk surga ialah karena mereka orang tua Rasulullah. Sebagai seorang Nabi dan Rasul, Rasulullah sudah tentu dilahirkan dari rahim dan keluarga yang suci serta beriman kepada Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an:
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا
مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا
مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَآ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Artinya: Ya tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu,dan anak cucu kami sebagai umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukilah kepada kami cara-cara melakukan ibadah kami dan terimalah taubat kami. Sungguh, engkaulah yang maha penerima taubat lagi maha penyayang. (Q.S. Al-Baqarah: 128)
Dalam ayat di atas dinyatakan bahwa doa nabi Ibrahim a.s kepada seluruh keturunannya. Sehingga ayah dan ibu nabi Muhammad saw adalah termasuk golongan yang menyerahkan diri kepada Allah, menjaga baitullah, pendiri shalat dan ini menunjukkan bahwa ayah dan bunda nabi Muhammad saw tergolong dalam orang-orang beriman.
Begitu juga tentang Rasulullah dilahirkan dari keluarga yang suci ini pula berdasarkan satu hadis, Sabda Rasulullah Saw:
وقوله صلي الله عليه وسلم
لَمْ أَزَلْ انْقَلُ مِنْ أَصْلاَبِ الطَّاهِيْرِنَ اِلَى اَرْحَامِ الطَّاهِرَاتِ
Artinya: Senantiasa aku berpindah dari segala sulbi yang suci kepada rahim yang suci.
Jadi, dapat disimpulkan dari ayat dan hadis yang telah disebutkan di atas sungguh tidak mungkin bila Rasulullah Saw yang menjadi manusia serta makhluk yang paling mulia di langit dan bumi, pemimpin segala Nabi dan Rasul dilahirkan dari kedua orang tua yang tidak beriman, apalagi mereka ahli neraka. Tentulah mereka adalah manusia terbaik pula, beriman, taat kepada Allah Swt, hingga melahirkan manusia terbaik tersebut.
3. Ayah dan Ibu Nabi SAW dihidupkan kembali dan beriman
Terakhir, ada alasan alasan yang tak kalah menariknya bahwa kedua Orang Tua Rasulullah Saw adalah Ahlul Islam (golongan Orang Islam). Alasannya adalah karena ada riwayat bahwa pernah keduanya dihidupkan kembali sebentar untuk beriman dan menjadi Islam. Peristiwa ini terjadi setelah Rasulullah diutus menjadi rasul sebagai bentuk pengagungan Allah Subhanahu Wata’ala kepada Baginda Nabi Muhammad Saw.
Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam kitabnya Nuruz Zhalam Syarah Aqidatil Awam menuqilkan pendapat dari Syeikh Al-Bajuri:
قال الباجوري فالحق الذي نلقى
الله عليه أن أبويه صلى الله عليه وسلم ناجيان على أنه قيل أنه تعالى أحياهما حتي آمنا
به ثم أماتهما لحديث ورد في ذلك وهو ما روي عن عروة عن عائشة أن رسول الله صلى الله
عليه وسلم سأل ربه أن يحيي له أبويه فأحياهما فآمنا به ثم أماتهما.
Dalam kutipan teks di atas, Syekh Ibrahim Al-Baijuri mengatakan, “Yang benar adalah bahwa kedua orang tua Rasulullah SAW selamat dari siksa neraka berdasarkan riwayat yang menyebutkan bahwa Allah Swt menghidupkan kembali kedua orang tua Rasulullah Saw sehingga keduanya beriman kepada anaknya, lalu Allah Swt mewafatkan kembali keduanya.
Hal tersebut berdasarkan sebuah riwayat hadis dari Urwah dari Siti Aisyah r.a. menyebutkan bahwa Rasulullah Saw memohon kepada Allah Swt untuk menghidupkan kedua orang tuanya sehingga keduanya beriman kepada anaknya, lalu Allah Swt mewafatkan kembali keduanya.
Dalam konteks yang sama, Syeikh As-Suhaili pula ikut menanggapinya:
قال السهيلي والله قادر على
كل شيء له أن يخص نبيه بما شاء من فضله وينعم عليه بما شاء من كرامته.
“Bahwa Allah maha kuasa atas segala sesuatu, termasuk mengistimewakan karunia-Nya dan melimpahkan nikmat-Nya kepada kekasih-Nya Rasulullah Saw sesuai kehendak-Nya dari sebab karamah-Nya.”
Sebagian ulama menyebutkan bahwa pernah ditanya kepada Qadhi Abu Bakar bin Arabi salah seorang ulama mazhab Maliki perihal seorang laki-laki yang berkata bahwa bapak Nabi ada di dalam neraka. Maka beliau menjawab bahwa orang itu terlaknat karena Allah berfirman:
اِنَّ الَّذِيۡنَ يُؤۡذُوۡنَ
اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗ لَعَنَهُمُ اللّٰهُ فِى الدُّنۡيَا وَالۡاٰخِرَةِ وَاَعَدَّ لَهُمۡ
عَذَابًا مُّهِيۡنًا
Artinya: Sesungguhnya (terhadap) orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan bagi mereka. (Q.S. Al-Ahzab: 57)
Tuduhan dengan perkataan bahwa bapak Nabi ada di dalam neraka merupakan perbuatan yang sangat menyakiti Rasulullah Saw.
Karena hal itu pula, Ibnu Munzir dan yang lainnya telah meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Sabi'ah anak perempuan Abu Lahab datang kepada Nabi Saw, lalu dia berkata, “Wahai Rasulullah! sesungguhnya orang-orang berkata - Engkau anak dari kayu bakar api neraka -, maka berdirilah Rasulullah sedang beliau dalam keadaan marah, lantas berkata”:
ما بال أقوام يؤذونني في قرابتي
ومن آذاني فقد آذى اللَّه
Artinya: Bagaimanakah keadaan kaum yang menyakiti aku dalam hal kerabatku, barangsiapa menyakiti aku maka sungguh dia telah menyakiti Allah.
Seterusnya dalam masalah ini, Syeikh Al-Jalaluddin As-Suyuti telah menyusun beberapa karangan yang berhubungan dengan selamatnya kedua orang tua Nabi Muhammad Saw, salah satunya adalah Kitab Al-Tazhim wa al-Munnah fi anna Abaway Al-Naby fi al-Jannah.
Nah, demikian lah paparan beberapa alasan yang menyatakan bahwa kedua orang tua Nabi Saw masuk surga, bukan di neraka. Telah jelas pula beberapa ayat Al-Qur’an, hadis, dan pandangan para ulama terkait dengan keimanan kedua orang tua Nabi Saw tersebut. Semoga bermanfaat. (Terj. Kifayat al-‘Awam, LBM MUDI, nu.co.id)