Kisah Nuaiman, Pemabuk yang Selalu Membuat Rasulullah Tertawa (Bagian 1)

Daftar Isi

Alfailmu.com - Banyak orang yang tidak mengenal dengan sosok sahabat yang bernama Nuaiman, bukan? Namun, penulis yakin bahwa pembaca sekalian pasti akan dikejutkan dengan sosok sahabat ini. Betapa tidak, Nuaiman ini sosok yang terkenal dapat membuat Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam selalu tertawa.

kisah nuaiman, pemabuk yang selalu membuat rasulullah tertawa

Para sahabat menyebutkan “Tidaklah Rasulullah dalam keadaan bersedih, kecuali Nuaiman datang dan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam akan tersenyum.” Jadi sebagian sahabat senang melihat Nuaiman datang karena Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam akan bahagia karenanya. 

Namun, Sekalipun dapat selalu membuat Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam tertawa, tidak menyembunyikan fakta bahwa Nuaiman adalah seorang pemabuk. Ia sering kedapatan dalam keadaan mabuk dan Rasulullah pun mencambuknya. Kemudian, ia mengulanginya lagi serta ia dicambuk kembali oleh Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam, begitulah hingga seterusnya

2 Kisah Lucu Nuaiman, Pemabuk yang Selalu Membuat Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam Tertawa

Para sahabat yang melihat kejadian ini, di mana Nuaiman seolah mempermainkan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam, mereka memukulnya dengan pukulan yang banyak. Bahkan sebagian sahabat mencelanya dengan berkata "لعنت الله على نعيمان" yang berarti “Semoga Allah melaknat Nuaiman".

Alasannya karena ia telah mempermainkan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam, dia mengaku sudah bertaubat, tetapi dia mengulangi minum minuman keras. Namun, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam menyangkalnya dan membela Nuaiman dengan Sabdanya.

لا تلعنوه فإنه يحب الله ورسوله

Artinya: Jangan kalian laknat Nuaiman, karena dia cinta kepada Allah dan rasulnya.

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Nuaiman pula dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. 

Ada banyak kejadian aneh dan menakjubkan yang dilakukan oleh Nuaiman ini, baik bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam atau pun bersama para sahabat-sahabat.

Nah, dari kejadian yang banyak tersebut, di sini penulis ceritakan 2 dulu kisah lucu Nuaiman sebagaimana yang telah disampaikan oleh Habib Ali Zaenal Abidin Al-Kaff dalam salah satu ceramahnya. Yuk, langsung saja simak berikut kisah lucu Nuaiman!

Nuaiman menjual Suwaibit bin Harmalah menjadi budak

Habib Ali Zaenal Abidin Al-Kaff  mulai mengisahkan, Ibnu Majah menceritakan bahwa pernah satu waktu Nuaiman diajak oleh Sayyidina Abubakar As-Shiddiq ke negeri Syam. Umumnya orang Quraisy Pada masa itu mereka memiliki rihlah (bepergian) berdagang membeli dagangan ke Syam dan dijual lagi di Kota Mekkah.

Abu Bakar pun datang menemui Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam meminta izin untuk membawa Nuaiman pergi ke Syam, beliau berkata, “Wahai Rasulallah, Saya mau izin, saya mau mengajak sahabatmu untuk ikut berdagang ke Syam”. “Siapa?”, kata Rasul.

Abu Abu Bakar menjawab, “Nuaiman, wahai Rasulullah!” Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam mengizinkannya dengan perasaan agak sedikit terkejut. Iya, karena sifat dan perangai Nuaiman yang aneh dan tidak bisa diprediksi.

Dalam perjalanan dagang tersebut, Abu Bakar juga mengajak satu orang lagi dari kalangan sahabat, yaitu Suwaibith bin Harmalah. Dua orang ini merupakan sahabat Rasulullah yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Nuaiman sebagai sosok yang apa adanya serta mengesalkan, sedangkan Suwaibith adalah sosok yang sangat jujur dan amanah.

Sesampainya di negeri Syam semua anggota perjalanan masing-masing dibagi tugas. Suwaibith bin Harmalah diberikan oleh Abu Bakar tugas untuk menjaga makanan karena ia adalah orang yang senantiasa menjaga amanah, bertolak belakang dengan Nuaiman.

Kemudian, Nuaiman yang belum mendapatkan tugas, ia bertanya kepada Abu Bakar, “Tugas saya apa, Wahai Abu Bakar?”. Abu Bakar menjawab, “Kamu lakukan apa saja yang kamu mau.” Karena Abu Bakar faham betul sifat dan karakter Nuaiman yang tidak bisa ditebak.

Apa yang terjadi? Abu Bakar pergi, sibuk dengan kesibukannya hingga datanglah waktu siang dan Nuaiman mulai lapar. Nuaiman mencari makanan, tetapi ia tidak punya uang, dan kemudian ia sadar bahwa Suwaibith lah yang menjaga makanan.

Akhirnya, Nuaiman menemui Suwaibith, “Wahai Suwaibith, saya mau makanan! Saya sudah lapar, berikan aku satu roti saja!” Suwaibith menjawab, “Kita tunggu Abu Bakar hingga beliau datang karena makanan ini adalah amanah dan saya tidak boleh memberikan kepada siapapun kecuali atas izin dari Abu Bakar.”

Nuaiman pun mamaksanya, “Beri saya makanan atau saya akan buat masalah denganmu!”. Langsung saja merah wajah Suwaibith, karena ia tahu jangankan beliau, Rasulullah pun dicandai oleh Nuaiman. Suwaibith menjadi bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

Setelah berpikir panjang, Suwaibith memutuskan, “Saya tetap mau menjaga amanah dari Abu Bakar, karena saya takut ini adalah perintahnya Allah Subhanahu Wata'ala, perintah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam serta perintah dari sahabat, Abu Bakar As-Shiddiq.” Suwaibith bersikeras tetap menjaga amanah tersebut serta tidak memberikan Nuaiman makanan hingga ada izin dari Abu Bakar.

Kemudian, Nuaiman pun pergi menuju ke pasar, ia mencari-cari tempat penjualan hamba sahaya. Ia melihat beberapa hamba sahaya dan bertanya kepada para penjualnya, “Ini berapa harganya? Yang itu berapa harganya?  Penjual menjawab dengan harga yang bervariasi, ada yang mengatakan 100, 200 dan 300 dirham. 

Nuaiman berkata kepada para penjual, “Saya juga punya hamba sahaya, tetapi saya jual dengan harga 20 dirham saja”. “Apa benar ada hamba sahaya harga dengan begitu?”, tanya para penjual. “Iya, benar!, jawab Nuaiman dengan yakin. “Karena dia memiliki aib (punya kekurangan), jelas Nuaiman.

Penjual bertanya lagi, “Apa kekurangannya?”. “Kekurangannya ialah nanti apabila kalian tangkap hamba tersebut, ia akan berteriak -Saya ini bukan hamba sahaya, tetapi orang merdeka - ” Nuaiman mengakhiri penjelasannya.

Maka, semua orang berkumpul ingin membeli hamba sahaya tersebut. Nuaiman membawa mereka ke tempat Suwaibith berada. Nuaiman sambil menunjuk berkata, “Itu orang yang berdiri menjaga makanan, dia adalah hamba sahaya saya, tangkap saja!”. Akhirnya, Nuaiman diberikan uang 20 dirham dan Suwaibith pun ditangkap.

Persis saja, seperti penjelasan Nuaiman tadi, ketika Suwaibith ditangkap ia berteriak, “Saya bukan hamba sahaya, saya orang merdeka!!”. Maka orang-orang berkata, “Kami sudah tahu kekurangan kamu, ini kekurangan kamu!”, Suwaibith ditangkap dan dibawa ke pasar. Nuaiman yang sudah memiliki uang banyak, dia  membeli makanan, minuman, serta hadiah untuk Rasulullah Sallallahu alaihi Wasallam. 

Baca Juga: Habib Umar: Kisah Rezeki yang Turun dari Langit

Singkat cerita, menjelang siang Abu Bakar pun pulang dan beliau mencari Suwaibith. Tanpa berfikir panjang, Nuaiman mengaku dengan mudahnya, “Sudah saya jual, wahai Abu Bakar!!” Maka Abu Bakar bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan, Nuaiman?”

Nuaiman pun menceritakan perbuatannya itu dengan jujur. Kemudian, Abu Bakar As-Siddiq menuju pasar dan beliau membeli kembali Suwabith yang tadinya orang merdeka, menjadi hamba sahaya sebentar, serta dibeli kembali dan merdeka. 

Tatkala rombongan Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq tiba di Madinah, kisah ini diceritakan di hadapan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam. Perawi mengatakan, mendengar kisah ini Rasulullah pun tertawa sejadi-jadinya hingga tampak gigi geraham beliau di mata para sahabat. Bahkan perawi yang lain mengatakan Rasulullah selalu mengulang-ulang kisah Nuaiman yang menjual Suwaibith tersebut hingga berlalu setahun.

Nuaiman memotong leher Unta tamu Rasulullah SAW

Pernah suatu waktu Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam didatangi oleh "Asyraf", yaitu delegasi dari beberapa negara yang ingin mengenal tentang Agama Islam.

Mereka datang ke rumah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dengan mengenderai unta yang paling mahal dan mewah. Unta-unta tersebut diikat di depan rumah Rasulullah dan tamunya masuk ke dalam rumah menjumpai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Di depan rumah Rasulullah, ada beberapa sahabat, ada Sayyidina Hamzah, Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Sa’ad bin Abi Waqas. Mereka berempat ini dikenal sebagai para pembesar sahabat yang tegas dan pemberani. Para sahabat ini sedang duduk di depan rumah Rasulullah untuk berjaga sebelum diturunkan ayat:

...... وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Artinya: ...... Memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al-Maidah: 67)

Ketika mereka sedang asik-asik duduk, tiba-tiba Nuaiman datang. Nuaiman datang dengan tujuan ingin duduk bersama para sahabat tersebut. Kemudian, Sayyidina Hamzah sambil bercanda mengajak bicara Nuaiman, “Kamu lihat unta orang yang datang dari luar Arab itu?”. “Lihat! Unta itu memiliki tubuh yang besar, dagingnya pasti banyak, kalau kita panggang pasti enak sekali”, imbuh Nuaiman. 

“Apakah kamu berani?”, kata Sayyidinan Hamzah memancing. Nuaiman menjawab, “Saya berani saja asal kalian tidak melapor kepada Rasulullah.” Kemudian, Sayyidina Hamzah pun lupa karena menganggapnya sebagai candaan. Ketika mereka sedang asyik, tiba-tiba mereka melihat unta tadi sudah terpotong lehernya.

Nuaiman datang menghampiri para sahabat, “Unta ini telah saya potong, saya mau pergi sebentar. Jika Rasulullah bertanya tolong jangan beritahu di mana saya!” perintah Nuaiman sambil ia meninggalkan tempat kejadian.

Maka, Nuaiman pun berlari mencari tempat persembunyian agar ia selamat dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Akhirnya benar apa yang terjadi, ketika tamu Rasulullah hendak pulang serta beliau membuka pintu, para tamu melihat unta yang sudah terpotong lehernya. Mereka berteriak, “Unta kami, unta kami, wahai Muhammad!”. Para sahabat terdiam dan tidak bisa berbicara apa-apa, mereka hanya mengatakan, “Nuaiman, wahai Rasulullah!” 

Rasulullah perintahkan Sayyidina Umar, “Wahai Umar, kamu ambil uang dan gantikan unta tersebut dengan unta yang lebih baik dua kali lipat agar  Agama Islam tidak didengar suatu hal yang tidak baik di luar!”, perintah Rasulullah SAW. Akhirnya diberikan unta yang baru dan diberikan harta untuk para tamu tersebut, sehingga mereka tidak menjelek-jelekkan Islam. 

Di waktu yang sama pula, Nuaiman ternyata berlari ke tempat yang jauh hingga hampir keluar dari Kota Madinah. Di sana ia mendapatkan seorang sahabat Nabi yang juga hadir dalam Perang Badar bernama Al-Miqdad bin Aswad. Ketika itu Al-Miqdad sedang menggali sumur ketika sedang menggali sumur.

Baca Juga: Keistimewaan Islam: Menerima Kebenaran Sekalipun dari Anak Kecil

Nuaiman datang dan berkata, “Wahai Al-Miqdad sahabat rasul, kamu adalah orang yang hadir dalam peperangan Badar, kamu adalah orang yang hebat”, dipuji oleh Nuaiman. “Wahai Miqdad tolong saya.” “Nuiaman, kamu kekasihnya Rasulullah, orang yang disayang oleh Rasulullah, ada apa?”, tanya Miqdad.

“Saya dikejar-kejar orang jahat, tolong selamatkan saya, saya ingin bersembunyi di dalam sumur, boleh atau tidak?, jelas Nuaiman. Kata Miqdad, “Siapa yang mengejar kamu?”. “Pokoknya saya ingin masuk ke dalam sumur, kamu mau menyelamatkan saya atau tidak?”. “Selagi kamu adalah sahabat Rasul, silakan kamu masuk!”, jawab Miqdad percaya.

Nuiman pun masuk ke dalam sumur tersebut dan ia menoleh keluar lagi sambil berucap, “Nanti bila ada yang mencari saya, jangan beri tahu bahwa saya di dalam sumur, ya?”. Kata Miqdad, “Baiklah!”.

Kata Nuiman, “Siapapun yang bertanya, kamu tidak akan memberi tahu?”. “Iya”, jawab Miqdad. “Walaupun Rasulullah yang bertanya?”, tanya Nuaiman memastikan. “Iya, walaupun Rasulullah. Miqdad menjawabnya demikian karena ia berfikir tidak mungkin Rasulullah datang ke tempat seperti itu dan jauh dari Madinah. Akhirnya, Nuaiman masuk dan bersembunyi dalam sumur tersebut.

Setelah beberapa saat, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dan rombongan pun datang. Miqdad bingung, ini kenapa Rasulullah datang ke tempatnya. Ia bertanya “Wahai Rasulullah, ada apa?”. Rasulullah menjawab “Saya mencari Nuiman, di mana dia?”

Innalillah, kata Miqdad dalam hati. Ia menjadi sangat kebingungan, ia ingin tidak menjawab, tetapi ini pertanyaan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam, bila ia menjawab, maka ia ingkar janji dengan Nuiman. Akhirnya dia berkata, “Wahai Rasulullah, mata saya tidak melihat Nuaiman!”, sambil tangannya menunjuk ke dalam sumur. 

Akhirnya, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam membuka penutup sumur tersebut, dan Nuaiman pun keluar. Kata Rasulullah, “Ya Nuiman, kamu membuat saya malu dengan tamu”. Nuaiman pun membela dirinya, “Wahai Rasulullah, yang bersalah bukan saya, tetapi mereka yang mencari saya bersamamu”. Tatkala Rasulullah berpaling ke belakang melihat siapa pelakunya, Nuaiman pun menghilang lari. Begitulah Nuaiman. 

Nah, itulah dia 4 kisah lucu Nuaiman beserta Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dan para sahabat. Nyatanya, kisah-kisah seperti tersebut di atas banyak sekali, menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan Rasulullah begitu indah. Juga menunjukan kepada kita bahwa kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam tidak hanya selalu berfokus pada ibadah dan peperangan, Rasulullah juga orang yang humoris dan tidak menolak bercanda.

Berlanjut ke Bagian 2 . . .!!