3 Tipe Penuntut Ilmu Agama Menurut Syeikh Nawawi Al-Bantani

Daftar Isi
Alfailmu.com - Setiap penuntut ilmu pasti mempunyai maksud dan tujuan dalam menuntut ilmu agar mendapatkan apa yang diharapkan. Syariat telah menyebutkan beberapa tujuan yang benar dalam menuntut ilmu, tetapi tetap saja tujuan setiap orang berbeda-beda dalam menuntut ilmu sehingga tipe (derajat) yang diperoleh pun akan berbeda-berbeda pula. 

3 Tipe Penuntut Ilmu Agama
Foto: ilustrasi

3 Tipe Penuntut Ilmu Agama Menurut Syeikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi

Syeikh Muhammad Nawawi al-Jawi menyebutkan ada 3 tipe penuntut ilmu agama. Apa saja? Langsung saja simak urutan dan penjelasannya berikut!

1. Penuntut ilmu yang mencari rida Allah SWT

Tipe penuntut ilmu yang pertama ialah orang yang menuntut ilmu dengan tujuan mencari bekal akhirat. Karena hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya hanya dapat dinikmati nanti di akhirat.

Penuntut ilmu tipe ini tidak memiliki maksud lain selain untuk menggapai keridaan Allah SWT dan mengharapkan kemenangan di akhirat. Mereka adalah orang-orang yang selamat, yaitu orang yang terlepas dari azab Allah SWT dan termasuk golongan ahli kebaikan.

2. Penuntut ilmu yang bertujuan untuk memperoleh kebutuhan dunia

Penuntut ilmu tipe kedua ialah orang-orang yang mencari ilmu untuk kebutuhan hidupnya di dunia. Sehingga dengan ilmunya ia mencapai kemegahan, kedudukan, dan memperbanyak harta.

Orang semacam ini ialah orang alim (ulama) yang menyembunyikan tujuannya hina di dalam hati. Mereka termasuk orang yang membahayakan dirinya sendiri. Sehingga apabila tiba ajalnya dan belum sempat bertaubat, maka dikhawatirkan mereka meninggal dalam keadaan suul khatimah, yaitu meninggal tanpa iman, na'uzubillah.

Namun, jika Allah berkenan mengampuninya, memberikan taufiq kepada mereka untuk bertaubat, yakni kembali beramal dengan ilmunya, maka orang tersebut akan diampuni dan terbebas dari dosa serta kembali menjadi orang yang selamat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

اَلتَّائِبُ عَلَى الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ

Artinya: Orang yang betaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa. (Hadis)

Juga sebaliknya, bila Allah SWT tidak mengampuninya, maka mereka akan terus dalam dosa. Mereka akan dimasukkan ke dalam neraka dan mendapatkan azab yang pedih dari Allah Subhanahu wa ta'ala.

3. Penuntut ilmu yang ditipu oleh Syaitan

Terakhir, tipe penuntut ilmu yang ketiga adalah orang-orang yang dikuasai (ditipu) oleh syaitan. Mereka menjadikan ilmunya sebagai perantara untuk memperbanyak harta dan berbangga-bangga dengan kemegahan dan kehebatan dunia.

Artinya, mereka jadikan ilmu sebagai perantara agar ia menjadi sosok yang berpengaruh dengan banyak pengikut sehingga bisa masuk ke berbagai tempat dan kalangan. Memanfaatkan ilmunya untuk menipu manusia, sebagaimana firman Allah SWT:

وَلَا تَتَّخِذُوْا أَيْمَٰنَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ .... 

Artinya: Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antara kamu. (QS. An-Nahl: 94)

Penyebutan kata 'alat penipu' di dalam ayat tersebut karena mereka memanfaatkan ilmunya agar dapat memperoleh dunia dan kebutuhannya. Oleh karena itu, orang semacam ini bermaksud menjadikan ilmu sebagai perantara untuk mencapai segala maksudnya.

Berbangga diri sebagai ulama serta beranggapan bahwa ia termasuk orang yang memperoleh tempat yang tinggi di sisi AllahInilah mereka yang kemudian dikenal dengan sebutan ulama suu' (ulama jahat).

Penuntut ilmu tipe ketiga ini juga memperlihatkan status 'keulamaannya' dalam berpakaian, prilaku, dan cara berbicara. Nyatanya, mereka merupakan golongan orang-orang yang binasa, bodoh (kurang akal), dan termasuk orang-orang yang sudah ditipu oleh syaitan. 

Mengapa? Karena mereka benar-benar jauh dari harapan bertaubat, artinya mereka tidak punya rencana untuk bertaubat. Menganggap dirinya sebagai orang yang baik, yang beramal dengan ilmu-ilmunya, padahal mereka telah lupa terhadap firman Allah SWT:

يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوْا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. (QS. As-Shaff: 2)

Ayat ini menyinggung para ulama yang mengajak manusia untuk meninggalkan cinta kepada dunia dengan perkataan-perkataannya. Namun, nyatanya ia malah mengajak manusia untuk mencinta dunia dengan perbuatan dan perilakunya.

Penyebabnya karena "lisan hal" (perbuatan) menjadi dalil yang lebih kuat dibandingkan dengan "lisanul maqal" (perkataan). Hal ini dikarenakan tabiat manusia biasanya lebih cenderung mengikuti contoh perbuatan dibandingkan perkataan.

Penjelasan tersebut menjelaskan betapa bahayanya tipuan yang dilakukan oleh orang alim. Hasil perbuatannya yang tidak baik lebih banyak dibandingkan manfaat dari perkataannya. Mengingat, biasanya orang jahil tidak berani menginginkan dunia kecuali ada contoh dari para orang alim sebagai panutannya.

Penuntut ilmu golongan yang terakhir ini menjadi alasan bagi orang lain untuk bermaksiat kepada Allah SWT. Itulah mereka orang yang telah tertipu oleh diri sendiri dengan menyangka dirinya sebagai orang yang banyak ilmu padahal mereka adalah orang yang mendapat murka dari Allah SWT.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Berdasarkan penjelasan 3 tipe penuntut ilmu di atas, maka sudah seharusnya penuntut ilmu kita memilih berada dalam golongan yang pertama, yaitu golongan yang mencari ilmu untuk mendapatkan rida Allah. Menghindari dari tipe yang kedua karena mereka lebih dekat dengan kebinasaan dan menunda-nunda taubat.

Terakhir, wajib menjauhkan diri dari penuntut ilmu tipe yang ketiga, yaitu golongan yang celaka. Yaitu mereka yang bermain-main dengan hawa nafsu sertaa telah ditipu syaitan. Hingga pada akhirnya mereka akan jatuh dalam kebinasaan serta jauh dari kemenangan. Semoga bermanfaat. Wallahua'lam bis-shawab

Sumber:
Syeikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Syarh Muraqi al-'Ubudiyah, (Surabaya: Al-Haramain, t.th), h. 6-8