4 Karamah Umar bin Khattab yang Paling Populer

Daftar Isi
Alfailmu.com - Karamah merupakan bagian penting yang harus diyakini oleh seorang mukmin. Dalam akidah ahlussunnah wal jamaah, telah maklum bahwa karamah ialah sesuatu hal luar biasa yang terdapat pada manusia, sesuatu yang di luar nalar, ajaib dan tidak masuk akal.

Karamah Sayyidina Umar bin Khattab
Gambar: medium.com

Karamah tersebut Allah Ta'ala anugerahkan kepada siapa saja dari hamba-Nya yang saleh selain para nabi dan rasul. Para sahabat, secara khusus 4 khalifah setelah Rasulullah Saw adalah sosok yang sangat saleh dan alim yang Allah karuniakan kepada mereka karamah yang banyak, salah satunya Umar bin Khattab r.a.

Karamah Sayyidina Umar bin Khattab RA

Nah, apa saja karamah beliau? Berikut penulis sebutkan beberapa karamah dari Sayyidina Umar bin Khattab yang barangkali belum diketahui.

1. Dapat berbicara dengan gunung

Sosok Sayyidina Umar memiliki karamah yang banyak, di antaranya yang sangat terkenal ialah kisah Sarriyah al-Jabal. Sebagaimana yang penulis kutip dari Habib Seggaf Baharun Pasuruan, bahwa kisah ini terjadi tatkala Khalifah Umar bin Khattab bersama pasukan muslimin sedang dikepung oleh kelompok musuh di belakang Gunung Sariyyah.

Tiba-tiba saja Gunung Sariyyah tersebut berbicara dan mengatakan kepada Umar bahwa ada pasukan musuh yang sedang mengepung pasukannya dan bersiap menyerang. Maka dengan informasi dari gunung tersebut Umar bersama pasukannya pun selamat dari pengepungan tersebut.

2. Menghentikan gempa dengan satu tongkat

Ada lagi, karamah Sayyidina Umar, riwayat dari Ibnu ‘Abbas R.A, beliau menceritakan bahwa kala itu terjadi gempa yang sangat dasyat dan hampir meruntuhkan gunung serta menyebabkan terjadinya musim ‘amwas (gelap).

Kemudian ‘Umar pun memukulkan tongkatnya ke tanah seraya berkata:
“Berhentilah, wahai gempa!, Saya ini Khalifah yang adil, bila pun saya tidak adil maka saya akan dimasukkan ke neraka.” Maka seketika gempa tadi berhenti dan tidak pernah datang lagi.

3. Menghentikan banjir Sungai Nil dengan sepucuk surat

Selanjutnya, karamah Sayyidina Umar yang lain, yaitu surat yang beliau tuliskan untuk Sungai Nil di Mesir sebagai balasan kepada Umar bin ‘Ash atas keluhannya. Beliau mengeluh bahwa air Sungai Nil akan banjir bila tidak dilemparkan seorang wanita yang perawan ke dalamnya.

Maka Umar pun memerintahkan Umar bin .Ash agar melemparkan surat balasan tersebut sebagai ganti dari wanita perawan. Ternyata sebagian dari isi surat balasan tersebut ialah:
"Bila kamu banjir karena Allah Ta'ala, maka banjirlah, tetapi bila kau banjir karena kehendakmu sendiri, maka kami tidak butuh kepada air banjirmu."

Sehingga air sungai Nil pun seketika menyusut dan tidak pernah ada lagi satu pun wanita yang dilemparkan ke dalamnya hingga sekarang.

4. Menghentikan kebakaran dengan sehelai rida'

Terakhir, karamah Sayyidina Umar sebagaimana yang disebutkan dalam Kitab Syarh al-Majalis as-Saniyah,  diriwayatkan dari Ibnu Abbas R.A pula, bahwa di Kota Madinah as-Syarifah kala itu selalu terjadi kebakaran setiap tahun sehingga membuat muslimin mengeluhkan hal tersebut kepada Khalifah Umar R.A.

Maka Sayyidina Umar pun memanggil budaknya:
"Ambillah rida' (sejenis selendang yang ditaruh di bahu) ini!, maka bila kebakaran datang, maka pakaikan rida' ini di wajahmu dan engkau katakan bahwa rida' ini milik Sayyidina Umar bin Khattab."

Akhirnya, kebakaran yang diceritakan pun terjadi lagi dan kembali meresahkan kaum muslimin. Seketika saja budak Sayyidina Umar mengambil rida' tadi dan pergi ke pinggiran Kota Madinah serta ia memakainya di wajah sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya seraya berkata:

"Hai Api!, lenyaplah! Ini adalah rida' Sayyidina Umar bin Khattab". Seketika api tersebut menghilang dan tidak pernah kembali lagi.

Nah, itu dia 4 Karamah Sayyidina Umar bin Khattab yang sangat populer sebagaimana disebutkan dalam 
 Kitab Syarh al-Majalis as-Saniyah. Sebenarnya, karamah Sayyidina Umar bin Khattab sangat banyak, kelebihannya pun tidak sanggup diceritakan, radhiallahu 'anhu (semoga Allah meridai beliau), amin. Wallahua'lam bis-shawab

Sumber:
Syeikh Ahmad bin Syeikh Hijazi al-Fasyani, Syarh al-Majalis as-Saniyah, (Indonesia: Al-Haramain, t.th), h. 5.